Ada yang menandai Gen C ini sebagai mereka yang lahir tahun 2016, tapi sebenarnya lebih tepat jika Gen C adalah mereka yang mengalami pembelajaran di era pandemi Covid-19, yaitu mereka yang masuk kelas pertama kali di tahun 2020, yaitu yang lahir pada tahun 2013-2014.
Siswa yang masuk ke kelas satu SD pada tahun 2020 adalah Gen C sesungguhnya. Mereka memulai pembelajaran di institusi yang disebut sebagai "sekolah" secara online. Mereka tidak datang ke sekolah, tidak bermain bersama teman di lapangan sekolah atau di kelas, dan tidak berinteraksi langsung dengan guru-guru. Dapat dikatakan, Gen C ini berciri khas (1) mengenal teman baru dan guru secara online di layar laptop atau gawai, (2) mengunjungi sekolah hanya beberapa kali saja dalam setahun, (3) sejak awal mereka mengenal bahwa cara mereka belajar adalah online menggunakan laptop atau gawai, (4) internet adalah bagian dari proses pembelajaran.
Bagi anak-anak ini, pembelajaran tatap muka adalah sebuah disrupsi pembelajaran. Para guru harus bijak menyikapinya jika akan bertatap muka dengan mereka.
Hal itu berbeda dengan siswa SMP dan SMA yang telah terbiasa pembelajaran tatap muka sebelumnya, yaitu sejak mereka duduk di bangku kelas 1 SD, dan mereka telah mengenal teman-teman secara langsung sebelum masa pendemi. Pada saat diadakan sekolah tatap muka, mereka beradaptasi kembali ke kebiasaan lama mereka. Namun demikian, setiap sekolah perlu memperhatikan interaksi sosial bagi siswa yang belum mengenal teman-teman dan gurunya secara tatap muka karena pindah dari sekolah lain.
Akankah Sekolah "Mundur" ke Masa Lalu?
Setelah pandemi Covid-19 berlalu, akankah sekolah kembali ke masa lalu? Apakah sekolah akan melupakan pembelajaran online atau blended learning? Itulah pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap sekolah. Pada kenyataannya, new normal atau kenormalan baru adalah bahwa siswa dan guru saat ini justru semakin terbiasa dengan internet dan berbagai platform belajarnya. Kembali ke masa lalu adalah pilihan buruk bagi sekolah, karena cara belajar siswa sudah berubah, pola interaksi pun telah berubah.
Ke depan, blended learning yaitu metode belajar yang menggabungkan antara yang tatap muka, online, dan jarak jauh, adalah pilihan terbaik bagi setiap sekolah. Guru dan siswa perlu untuk tetap menggunakan teknologi informasi sebagai salah satu cara hidup. Menggunakan laptop atau smartphone bukan lagi sebuah gaya hidup, tetapi sebuah cara hidup. Bukan sebuah kemewahan, tetapi sebuah kebutuhan.
Jadi, tantangan para pendidik dan institusi sekolah saat ini adalah menyiapkan bagaimana menghadapi Gen C ini. Beberapa hal ini perlu kita pertimbangkan bersama.
1. Penggunaan internet untuk belajar yang diintegrasikan dengan metode belajar tatap muka perlu diperhatikan. Penggunaan Learning Management System atau e-learning adalah sebuah hal dasar yang menandai bahwa sekolah memang siap untuk generasi saat ini.
2. Jadwal belajar fleksibel adalah keniscayaan, yaitu tidak hadir di sekolah pun tidak akan menjadi masalah. Tidak perlu sepanjang hari berada di sekolah.
3. Kolaborasi dengan teman dan guru secara online adalah sebuah cara hidup yang biasa.
4. Belajar melalui video explainer adalah hal biasa.
5. Peraturan sekolah, prosedur-prosedur belajar, tata-tertib sekolah perlu memasukkan bagaimana siswa, guru, dan civitas akademika berinteraksi secara online di internet.
6. Para guru yang notabene adalah generasi yang berbeda, perlu memastikan penguasaan teknologi informasi yang dibutuhkan. Mungkin, pelatihan-pelatihan yang intens memang sangat dibutuhkan oleh para guru.
7. Bertemu dengan orang baru secara langsung perlu latihan dan pembiasaan. Guru perlu mengajarkan kebiasaan-kebiasaan interaksi sosial di sekolah.
Jadi, sudah siapkan kita mengajar Gen C?
(Penulis: Sigit Setyawan, S.S., M.Pd.)
Picture: pixabay.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar