Blended learning menjadi pilihan dalam kenormalan baru akibat Pandemi Covid-19. Blended learning atau juga disebut sebagai hybrid learning ini memadukan antara pembelajaran jarak jauh dengan pembelajaran tatap muka. Namun, bisa juga dalam konteks kedua-duanya pembelajaran jarak jauh, antara jarak jauh online (dalam jaringan) dan jarak jauh tidak offline (luar jaringan). Jarak jauh online berarti siswa belajar melalui internet dan berinteraksi dengan gurunya pun melalui internet. Sedangkan jarak jauh offline siswa tidak menggunakan internet, melainkan mengambil dan mengirimkan tugas dari dan ke sekolah.
Mulai tahun pelajaran 2021-2022 kementrian pendidikan mewajibkan setiap sekolah untuk memberikan opsi tatap muka. Jadi, pembelajaran mulai Juli 2021 ada yang online dan ada pula yang tatap muka. Hal itu memunculkan beberapa permasalahan. Pertama, penjadwalan berkaitan dengan siapa saja dan kapan guru mengajar online dan offline. Apakah sekaligus akan online dan offline, ataukah bergantian? Kedua, materinya apakah yang online dan offline sama? Ketiga, adalah skenario tiba-tiba semua harus kembali online atau pembelajaran jarak jauh, dan sebagainya.
Bagaimana agar blended learning berkualitas? Berikut ini tips atau saran-sarannya.
1. Rencana Pelajaran Satu Tahun
Sekolah perlu memiliki rencana pelajaran satu tahun yang baik dan masuk akal dengan memperhatikan (a) Jumlah pertemuan, (b) durasi setiap pertemuan, (c) sarana prasarana yang dimiliki oleh siswa dan guru. Rencana pelajaran satu tahun tersebut perlu diketahui bersama antara guru, siswa, dan orangtua.
Rencana pelajaran tersebut perlu diketahui bersama oleh guru, siswa, dan orangtua dan dapat disajikan dalam LMS (Learning Management System) atau e-learning, tetapi dapat pula dalam bentuk PDF File atau print-out dan dibagikan kepada siswa dan orangtua.
2. Fokus Pada Keterampilan 4C
Banyak ahli pendidikan sepakat mengenai keterampilan 4C untuk menyiapkan anak di masa depan. Keterampilan 4C tersebut adalah collaborative, creative, communicative, dan critical thinking. Dengan kata lain, sekolah fokus pada mengembangkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam tim, berkreasi dengan apa yang mereka miliki, mampu berkomunikasi dengan baik (secara lisan, online, maupun tulisan), serta memiliki kemampuan berpikir kritis seperti mengemukakan pertanyaan dan membuat kesimpulan-kesimpulan.
3. Kembangkan Heutagogi
Heutagogi atau self-determined learning perlu dikembangkan di setiap tahap pendidikan. Heutagogi adalah mengenai bagaimana caranya agar anak memiliki tekad (bukan hanya keinginan) untuk belajar mandiri. Kemampuan anak-anak kita untuk belajar mandiri dan memiliki motivasi yang kuat akan membawa mereka menjadi pembelajar seumur hidup, kapanpun dan di manapun. Seperti apa yang dikatakan oleh Maria Montessori bahwa seorang guru yang berhasil adalah ketika siswa belajar pada saat gurunya tidak ada.
Jadi, meskipun para siswa berada di rumah dan tanpa pengawasan, mereka tetap memiliki keinginan yang kuat untuk belajar. Mereka perlu tahu mengapa mereka belajar, bagaimana, dan apa yang akan terjadi jika mereka belajar dengan baik.
Demikian tiga tips ini semoga sekolah-sekolah di Indonesia mampu menyajikan layanan pendidikan berkualitas dalam bentuk blended learning. (Penulis: Sigit Setyawan, S.S., M.Pd.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar